Aku tinggal bersama orang tuaku di Alaska, James dan Karen. Sedari kecil aku dan ayahku rutin melakukan hiking ke daerah pegunungan, kadang kami melakukannya bertiga bersama mami. Kadang kami bisa melakukannya dua bulan atau empat bulan sekali.
Mamiku, Karen, berusia sekitar 42 tahunan tetapi badannya masih sangat terurus. Di rumah, dia kadang kupergoki hanya memakai lingerie saja, terutama pagi hari atau malam setelah bangun tidur, namun aku tidak berani membayangkan macam-macam tentangnya. Belum lama ini aku memergokinya berjalan topless di dalam rumah pada suatu hari, mungkin mami kira saat itu aku tidak keluar kamar,dan payudaranya masih sekal dan sangat indah menurutku untuk wanita sesusianya, tidak ada kesan mengendur atau menggelayut. Tinggi badannya 170, wajahnya masih cantik dan mempesona. Mami memiliki rambut panjang menjuntai ikal hitam.
Liburan itu, ayah telah janjikanku untuk pergi hiking lagi ke daerah pegunungan berdua denganku. Tetapi, dua hari sebelum hari-H kami hiking, dia ditugaskan perusahaannya untuk mengurus kontrak dengan klien penting. Ayah terpaksa membatalkannya, padahal aku sudah sangat berharap untuk pergi naik gunung bersamanya.
Melihat kekecewanku, mami ingin menghibur. Dia mengajakku naik gunung berdua bersamanya. Setelah kupertimbangkan, aku pun menyetujuinya, toh kami pun pernah melakukan pendakian berdua beberapa kali.
Saat itu masuk pertengahan musim Dingin, kami dari pagi-pagi sekali mempersiapkan barang bawaan, dan gear pendakian dalam ransel. Dalam ransel kami berisi tenda, sleeping bag, jas hujan, pakaian, alat masak dan bahan makanan seadanya, dan barang bawaan standar para pendaki lain seperti P3K. Dengan mengendarai truck kami, kami pergi ke spot pendakian sekitar yang cukup jauh dari rumah.
Tengah hari, kami tiba di lokasi pendakian. Truck kami tinggalkan, dan kami harus berjalan ke atas sekitar babarapa jam untuk sampai pos dimana kami biasa memasang tenda, sekitar 3000 dpl. Dari start pendakian, hujan turun cukup besar, aku dan mami pun harus ekstra berhati-hati meniti jalur pendakian hutan pinus yang dingin bersalju.
Sampai karena derasnya hujan sesuatu yang buruk terjadi pada kami. Ransel mami yang berukuran lebih kecil dari ransel yang kubawa terhanyata hanyut oleh arus, dan akupun tak bisa meraihnya saat ransel itu melintas di hadapanku, arusnya terlalu besar, dan mami yang berjalan duluan harus kehilangan ranselnya mungkin karena pemasangannya yang salah sehingga terbawa arus.
Untungnya saat sampai pos untuk dirikan tenda, hujan agak mereda. Segera kami pasangkan tenda setelah temukan tempat yang sesuai. Melihat hujan yang tak kunjung reda, kami tak akan bisa menyalakan api unggun disitu, dan tidak ada yang bisa lagi kami kerjakan selain menghangatkan diri dengan tidur. Karena mami dan aku memakai pakaian yang basah kuyup, kami tahu harus menggantinya.
"Jass, bukalah baju basahmu itu, kau akan kena hipotermia!"
Agak risih aku harus buka pakaian dan langsung masuk ke sleeping bagku dengan dilihat mami.
"Baiklah mi, asalkan mami jangan menghadap arahku."
Akhirnya dengan posisi mami membelakangiku, aku buka seluruh baju basah ku, dan menyimpannya, lalu segera masuk ke sleeping bag.
Mau tidak mau mami juga harus masuk ke sleeping bagku ini untuk menghangatkan tubuh dari suhu dingin. Karena sleeping bag nya hanyut dalam ranselnya tadi
Pada kondisi dingin ekstrim seperti itu tidak ada pikiran macam-macam, saat Mami menyusul buka pakaian basahnya dan mencoba masuk ke sleeping bag bersamaku.
Aku membelakangi mami saat mami mencoba masuk kedalam kantong tidur itu, namun posisi itu menyulitkannya untuk masuk. Akupun berbalik menghadap arahnya dan membantunya masuk sleeping bagku. Akhirnya Mami bisa masuk kedalam dengan cara membelakangiku. Saat kakinya masuk kedalam, penisku secara langsung bergesekkan dengan kaki dan paha mama. Ketika badan mami sudah masuk seluruhnya dan kantung tidur kami tutup rapatkan, baru aku ketahui bahwa mami, sama sepertiku juga melepas seluruh pakaian basahnya sehingga kulit kami beradu langsung.
Aku dan mami sama-sama menggigil, dan dengan aku memeluknya, kami berusaha berbagi kehangatan tubuh kami. Mami memintaku mengelus badannya, agar mengurangi dingin suhu badan kami. Kami tidak saling bicara, tangan mami memegang tanganku yang memeluknya dan diusapkan ke perut dan dadanya.
Berulang kali aku mengusap badan mami dalam kedinginan, sampai tak sengaja aku sentuh daerah rambut kelamin tebalnya. Mami malah meletakkan tangan ku ditengah-tengah payudaranya, dan puting mamipun berulangkali tersentuh tanganku dingin.
Memeluk badan telanjang mami dari belakang sungguh menghangatkan badanku dari dinginnya badai, tetapi perlahan penisku mengeras, dan juga mami mulai mengeluarkan desahan dari mulut sensualnya.
Penisku agaknya menyeruduk-nyeruduk mencari ruang, namun terhalang oleh bongkahan kiri pantat mami. Aku berharap mami tidak menyadari itu, atau sudah tertidur, namun tiba-tiba mami berkomentar,
"Maaf Jass, udah sempit di bawah situ, tapi akan ku coba untuk beri ruang untuk burungmu"
Mami agak bergerak bergeser ke atas, sehingga penis ku bergesek bongkahan pantatnya dan pluk! Burungku yang mengeras menggaruk garis pantat mami dan mendarat dibawah bongkahan pantatnya mami yang cukup lebat berbulu, tepat di belakang kelaminnya.
"Bagaimana sekarang Jass, sudah baikkan? Maafkan mami harus seperti ini padamu Jass, ini salah mami menghanyutkan ransel dan sleeping bag mami."
"Udah mi, aku akan segera tidur", jawabku
Padahal penisku semakin tegang mengeras, ditambah sensasi rambut tebal sekitar selangkangan mami, aku semakin sulit tidur dan rileks. Nampaknya mami menyadari kesulitanku itu,
"Jass,, tampaknya kamu harus mengecretkan penismu sampai bucat! Mami tau bagaimana beratnya bagi anak muda seusiamu menahan penis ngaceng berat seperti itu. Mami akan bantu sebisa mami dengan celah paha mami. Lakukan saja, ini toh cuma darurat."
Mendapat lampu hijau, aku mulai pegangi penisku dan mulai gerakan agak mengocok sambil benturkan penis dengan menggesek-gesekkannya ke pantat mami.
Mami bantu dengan gerakkan pangkal pahanya menjepit penisku dan bergerak maju mundur membantu ku cepat ejakulasi, rileks dan berharap bisa lekas tidur untuk beraktivitas besok paginya.
Aku tidak mau terburu-buru ngecret, sehingga selama tangan kiriku dibawah, mencucuk-cucukkan penis ke jepitan antara paha mami. Tangan kananku masih peluk badan mami dan jepit payudara mami yang terasa putingnya menegang olehku. Tangan kiriku bahkan terkadang ku pakai rabai sekitar pantat mami, memposisikan penisku dibawah pantatnya.
Hingga saat asik mengocok, gerakan mami yang agak mengangkat pantatnya membuat kepala penisku agak mencucuk liang vagina basahnya dari belakang, hangat. Penisku sudah semakin tegang saja maksimal. Sementara mami semakin berat mendesah-desah kegelian karena ku lihat dia mulai meremasi buah dadanya sendiri.
Hingga akhirnya saat yang ditunggu tiba, saat mami mulai berbisik dengan agak berat bergetar.
"Jass, kalo kamu ngecret di luar ntar mani kamu meleber kemana-mana. Mami gak mau tidur dengan gumpalan sperma kamu di pantat mami. Bisa kamu buang maninya di dalam vagina mami aja, gak?"
"Mmm, tapi mi, mami kan mami aku. Masa aku harus lakuin itu, mam?!" aku pura-pura keberatan dan berpikir.
Gila, sama saja mami memintaku untuk segera setubuhi dia. Aku pun dengan senang hati menyetujuinya, dengan berlagak terpaksa.
"Baiklah mi, jika itu yang mami ingini, aku akan membuang mani ini di dalam vagina mami." sembari kucium telinga kiri mami lembut dan kugenggam erat salah satu payudara sintal mami.
Dengan sedikit melengkungkan badannya ke depan, mami berusaha memberi akses bagi penisku masuk lubang kelamin berambut lebatnya. Aku pun kembali gesek-gesekkan dan cucuk-cucukkan penis di lubang vagina mami yang basah oleh lendir hangatnya. Setelah mengarahkannya tepat ke dalam, sambil memegang pinggul mami, ku tekan kuat-kuat penisku masuk ke dalam vaginanya sekaligus. Sehingga mami agak tersedak, kaget karena diseruduk begitu.
"Apa-apaan sih kamu Jass, langsung gak kira-kira nyolok maminya kasar begitu!"
Mami agak marah, tapi aku cuek dan melanjutkan menggenjot penisku di liang vaginanya mami keras-keras. Mami hanya mendesah dan meringis tertahan saat vaginanya ku penuhi ereksi penis besarku.
"Anak mami beruntung banget, punya penis segede ini. Istrimu nanti pasti akan sangat bahagia nak" bisiknya manja
Aku merasakan vagina mami masih cukup rapat, bahkan melebihi nikmatnya vagina beberapa gadis muda yang pernah tidur denganku. Aku semakin bernafsu saja menggoyang dan mengocok penisku liar dalam vaginanya seperti binatang buas.
Mami aktif meliukkan badan dan menggoyang pantatnya. Kelaminnya terasa masih kuat mengurut batang penis ku. Dia bahkan meracau vulgar.. "C'mon dear fuck your bitchy mummy with your fat big cock. I want your cock inside my pussy bad"
Setengah jam aktivitas percampuran kami, mami telah beberapa kali bergetar dan orgasme. Dia telah raih beberapa multiple orgasm. Payudara sekalnya juga dengan ganas aku garap. Hingga di titik akhir aku hampir capai ejakulasi, mami agak terkaget karena dia lupa minum pil kontrasepsinya. Dengan panik dia merengek
"Jass, mami lupa mami lagi subur dan gak minum pill tadi paginya. Please jangan ngecret di dalem mami, nanti benihmu bisa tumbuh, Jass."
Aku tidak pedulikan kata-katanya karena aku sudah kepalang tanggung. Pantat dan kelamin mami diangkatnya, guna menjami hujaman batang kemaluan besarku. Tapi tangan ku menjaga pinggul mami, agar tidak kemana dan terus genjot hingga akhirnya ngecret juga bucat. Akupun meringis kenikmata, "Love youu mummmmyyy". Pun dengan mami dia meringis keenakkan.
Batangku memompakan sangat banyak sperma dari testis. Semburannya tidak kunjung berhenti hampir setengah menit terus tumpah masuk rahim mami, memang sudah beberapa hari ini aku menyimpannya.
Mami tampak shock, setelah sadar dia tidak pakai pillnya dan buceng alias maniku dengan deras mengguyur vaginanya. Penisku masih berlindung di celah vagina mami, dan saat ku tarik keluar, vagina mami mengeluarkan bunyi-bunyi lucu yang ku tertawakan. Setelah beberapa menit, aku bertanya pada mami, "Mami menyesal?"
"Tidak Jass, kamu luar biasa. Mami sangat puas dengan permainanmu. Terutama batang penis besarmu. Lubang mami sesak olehnya. Okay sekarang penismu udah ngecret, sekarang kita harus tidur untuk besok sayang."
Aku memeluk erat badan mami dari belakang, sembari mengusap buah dada, muka, perut, paha dan selangkangan mami sesekali. Setengah jam kemudian, penisku justru bangun kembali. Dan ku kembali menggesek-gesekkannya ke pantat sekal mami.
Mami tanggap dan berbalik menghadapku. Kini kami saling berhadapan. Dia lumat bibirku, aku membalas pagutan mami. Payudaya besarnya menekan dadaku. Kedua tangan ku meremas bongkahan pantat mami dan memegangi pinggulnya.
Penisku yang bangkit kembali langsung menusuk vagina mami, kali ini dari depan. Dan kami kembali melakukannya hingga kembali mami orgasme, dan semakin letih sementara aku ngecret di dalam vaginanya lagi untuk kedua kalinya.
Setelah itu, mami dan aku sama-sama tertidur dalam sleeping bagku itu, dengan saling memeluk.
Hingga tengah malam, aku terbangun dan saat itu posisi badanku tepat di atas badan mami yang tidur. Penisku sudah bangkit. Aku menciumi mulut wajah cantik dan leher mami. Kembali aku hujam keras-keras batang penis ke dalam vagina mami. Sampai dia terbangun dan ikut bergoyang menikmati hujaman penis anaknya. Lalu kami berguling lagi, hingga mami berada di posisi atas.
Kami melakukan nya berkali-kali hingga ejakuklasi dan kami kembali tertidur.
Pagi harinya, aku dapati badai reda. Cuaca di luar tenda cerah. Namun masih saja dingin. Aku bangun dan memakai pakaian membekuku, dan bergerak di sekitar tenda untuk menghangatkan tubuh.
Mami perlahan keluar, dan mengajakku ke sungai yang beku, tempat biasa kami kunjungi. Aku menginjak beberapa bagian sungai yang membeku jadi es, di lubang itu aku kencing dengan derasnya nikmat sekali. Mami menggantikan tempatku dengan jongkok dan pipis juga disitu. Aku yang iseng, tidak beranjak. Melihat mami pipis, dan benar dugaan ku. Saat pipis, banyak sekali air maniku ikut terbuang air seninya, mengingat semalam kami melakukannya beberapa kali dan dahsyat.
Mami hanya tersenyum saat kuperhatikan ia pipis. Kami melakukannya lagi seharian. Dan ternyata pergulatan itu tidak menghasilkan janin. Kami pun tenang