Perlahan ketegangannya mulai mengendur, pelan-pelan kutarik keluar batang kemaluanku, lalu pelan-pelan pula kumasukkan lagi, begitu seterusnya sehingga dia sudah dapat menyesuaikan iramanya, semakin lama semakin cepat kocokan batang keperkasaanku di dalam liang senggamanya, hingga semua masuk ke dalam, terasa menyentuh sesuatu di dalam, tetapi enak.
"Ooosshh.. ss.., yaa.. terus.. terus.. Hend..!" dia mulai mengerang dan menggelinjang semakin lama semakin tidak beraturan.
Kunaikkan badanku hingga posisi jongkok bertumpu pada lutut. Aku dapat melihat
ekspresi wajahnya dan goyangan buah dadanya saat kukocok keluar masuk. Kakinya mengimbangi gerakanku dengan dinaikkannya ke pinggulku, lalu terus naik ke pundakku. Sesekali dipegangnya sendiri kedua bukit di dadanya, sehingga lebih menonjol dan kelihatan lebih seksi dari biasanya.
Sementara hujan di luar semakin deras, sederas keringat dan nafsu kami berdua, sampai akhirnya, "Ooogghh.., ya.. ya.. ya.. lebih cepat Hend, aku mau keluar.., ya.. terus.. ya.. begitu.. yaa..!"
Mbak In mencengkeram tanganku dengan kuat, kurasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya. Rasanya seperti dipilin-pilin enak, aku tidak menghiraukan itu, masih terus kukocok keluar masuk meskipun dia sudah orgasme, sudah menjadi kebiasaanku kalau cewek keluar akan semakin meningkat tensi dan kocokanku.
Kubalikkan badannya hingga posisi dogie style, selanjutnya kumasukkan kejantananku ke liang senggamanya yang sudah basah itu, masih terasa seperti menyentuh ke dinding rahim, kupegang pantatnya yang padat, kutarik dan kudorong maju mundur. Aku mulai mengocok Mbak In lagi, meskipun sudah kelihatan lemas, tetapi masih menggairahkan. Dari belakang kuraih kedua buah dadanya yang menggelantung dan kugunakan sebagai pegangan untuk menggoyang-goyangkan badannya sambil sesekali kupilin-pilin putingnya yang kian membesar. Dari pantulan kaca rias, terlihat wajahnya yang meregang keenakan, tangannya mencengkeram pinggiran ranjang dengan kuatnya.
"Sss.. terus Hend.., cepaatt.. cepaatt..!" sambil mendorongkan badannya ke arahku untuk mengimbangi gerakanku yang semakin cepat dan keras, sesekali digoyangnya ke kiri dan ke kanan menambah sensual gerakannya yang semakin lama semakin liar.
Sesekali kutarik rambutnya ke belakang, semakin kujambak semakin liar gerakannya.
"Ya.., truss.. Hen.. trus.., Mbak.. ke.. ke.. luar.. laagii..!" desahnya sambil menggigit ujung bantal di depannya.
Kembali terasa dinding kemaluannya berdenyut, tetapi itu tidak kuhiraukan, malah kupercepat irama permainan kami.
Sebenarnya pada saat yang bersamaan aku hampir orgasme, tetapi kutahan sejenak dan pada saat itu dia menghentikan goyangannya, sehingga aku ada waktu untuk menurunkan tegangan di ujung kemaluanku. Perlahan kutarik keluar kemaluanku, dia langsung telungkup, kulihat keringat membasahi punggung dan sprei, kurebahkan diriku di sampingnya.
"Kamu gila Hen.., Mbak udah dua kali keluar, tapi punyamu masih tegang.." komentarnya sambil memegang dan mengocok perlahan kemaluanku yang basah oleh cairan kewanitaannya.
Kemudian dia bangkit dan diarahkannya kepalanya ke kemaluanku, dikulum dan dijilatinya batang kemaluan basah itu.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, kutarik tubuhnya dan kuposisikan dia di atasku.
"Hend.., aku udah nggak kuat, beri aku istirahat sebentar..!" katanya sambil tetap memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulut seksinya.
Kulirik jam di dinding, sudah pukul 14:30, berarti kami sudah bermain lebih dari setengah jam, sebentar lagi Nana datang (biasanya dia datang sekitar pukul 15:00 sore kalau hari Sabtu), jadi tidak ada waktu lagi untuk beristirahat, aku harus menuntaskan permainan, segera sebelum Nana pulang.
"Mbak.., sebentar lagi Nana datang, kita selesaikan aja sekalian, ntar Mbak bisa istirahat setelah ini.." kataku.
Tiba-tiba Mbak In berdiri dan keluar kamar, diambilnya wireless phone dan kudengar dia bicara dengan seseorang.
"Siang.., bisa disambungkan dengan Nana.. Nana, Hendra pesan akan keluar dan kembali jam lima sore.., ada perlu dengan temannya katanya. Telpon kantormu sibuk terus, dia telpon ke rumah.. Telpon dulu, barangkali sudah datang. Atau ke rumahku.. tapi.. aku lagi ada janji sama nasabah. Mas Roes ada kok.. Oke..?" sepotong-sepotong kalimatnya kudengar, tetapi dapat kutebak maknanya.
Kemudian dia masuk ke kamar lagi, langsung memeluk dan menciumi leherku.
"Kita aman sampai jam lima nanti.." katanya sambil tangannya mulai meremas batang kemaluanku lagi.
"Mbak nakal deh..!" kataku membalas ciuman bibirnya.
Tidak lama kemudian, Mbak In sudah menempatkan dirinya di atasku, dengan mudahnya kemaluanku sudah terbenam semuanya ke dalam tubuhnya. Perlahan tetapi pasti, Mbak In sudah mulai menggoyang pinggulnya, maju mundur, kiri kanan, berputar-putar, sementara tangannya meraba kantong kemaluanku, terasa geli dan nikmat. Aku masih diam tidak melakukan gerakan kecuali tanganku yang aktif meraba payudaranya yang kelihatan sempurna. Sesekali kupilin-pilin seperti mencari gelombang radio. Mbak In merubah gerakannya menjadi turun naik, sehingga batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya, terasa sekali jepitan otot kemaluannya di batang kejantananku.
"Sss.., yess.. akh.. sshh..!" desahnya mengiringi gerakan tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, kurasakan remasan pada batang kemaluanku, ternyata Mbak In sudah orgasme untuk ketiga kalinya, langsung tubuhnya dijatuhkannya ke tubuhku.
"Sekarang giliranku.." bisikku.
Kupeluk tubuh montok Mbak In dengan erat, lalu pinggulku mulai turun naik melakukan kocokan ke lubang nikmatnya, nafasnya terdengar naik turun dekat telingaku. Aku tidak mempedulikan desahannya, justru menambah rangsangan bagiku, semakin dia mendesah semakin kuat genjotanku ke tubuhnya. Akhirnya ujung kemaluanku semakin menegang, dan dorongan di dalam tubuh semakin kuat untuk menyemburkan cairan panas dari kemaluanku.
Beberapa saat kemudian, kubisikkan ke telinganya, "Mbak aku mau keluar.." tanpa menghentikan gerakanku.
Kurasakan desakan keluar di ujung kemaluanku, dengan cepat kutarik keluar supaya spermaku tidak tumpah di dalam.
Tetapi, "Jangan ditarik Hen.., keluarin di dalam aja..!" katanya sambil merapatkan pinggulnya di atas pinggangku, sehingga aku tidak dapat mengeluarkan kejantananku dari dalam.
Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi, dan, "Crot.. crot.. crot.." hingga 12 kali semprotan di dalam liang rahimnya.
"Aaauughh..!" jeritnya ketika kusemprotkan spermaku ke dalam lubang kenikmatannya.
Terasa bibir kemaluannya menyempit dan menjepit batang kejantananku ketika ujung kemaluanku itu berdenyut. Kudiamkan sesaat di dalam hingga kurasakan pijatan halus dari dinding kemaluannya, sungguh nikmat. Lalu kucabut keluar alat kejantananku yang sudah setengah lemas. Kurebahkan Mbak In di ranjang, lalu kujepitkan kemaluanku yang basah di antara buah dadanya yang montok sambil perlahan kugerakkan maju mundur. Terasa geli enak karena sudah berpelumas cairan kami berdua, dan lagi buah dada Mbak In mampu menjepit seluruh lingkaran kemaluanku, sesekali dijilatinya ujungnya dengan nakal.
Kami berdua terkulai lemas, tubuh Mbak In masih terkulai di atas tubuhku. Kami berdua sama-sama bersimbah peluh, dinginnya AC dan suasana hujan tidak mampu menahan gejolak diri kami. Mbak In kemudian meraih dan mengelus-elus kejantananku. Tiba-tiba kepalanya dicondongkan dan kembali alat kejantananku yang sudah agak lemas dan basah oleh spermaku dan cairan kewanitaannya dimasukkan ke dalam mulutnya, dikulumnya, dijilatinya seperti lollypop. Sungguh aku tidak tahan diperlakukan seperti itu. Akhirnya aku menyerah karena kegelian.
Jarum jam sudah menunjukkan 15:15, masih ada waktu beberapa jam sebelum istriku Nana sampai di rumah. Sambil berpelukan di ranjang, pembicaraan mengarah ke hal-hal pribadi yang selama ini tidak pernah dibicarakan, hingga akhirnya, "Kamu sungguh hebat Hend.., belum pernah aku diperlakukan oleh laki-laki seperti itu, apalagi dibandingkan dengan Mas Roes, jauh sekali.." katanya manis.
"Emang sebelumnya pernah dengan laki lain..?" tanyaku iseng, tetapi jawabannya sungguh diluar dugaan.
"Iya sih, just for fun aja.." jawabnya ringan tetapi cukup mengejutkanku, dan aku penasaran seberapa jauh petualang dia dalam melakukan hubungan seks.
Akhirnya dia bercerita tentang petualangan dia sebagai seorang agen eksekutif di sebuah perusahaan *** (edited).
Kami masih sempat main sekali lagi di bath tub kamar mandi sambil membersihkan diri. Setelah itu kami berdua duduk berpelukan sambil nonton TV di ruang tengah seperti layaknya dia istriku sambil melanjutkan cetita petualangannya. Tepat pukul 17:30, Nana istriku datang. Segera Mbak In masuk kamar belakang untuk berganti pakaian yang lebih sopan, supaya tidak mengundang kecurigaan Nana.
Setelah Nana mandi dan berganti pakaian, kami bertiga duduk di ruang tengah sambil mengobrol dan nonton TV, seolah tidak pernah terjadi apa-apa, hingga Mas Roes menjemput Mbak In untuk pulang pada jam 20:00, setelah menjemput Puput dari rumah kakeknya.
Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya, baik di rumahnya ataupun di rumahku. Bahkan kalau ada dinas keluar kota, tidak lupa kami menyempatkan diri semalam berdua di hotel. Tanpa bermaksud menyepelekan dan melecehkan para rekan agen *** (edited), tetapi kisah ini memang sebenarnya terjadi.
TAMAT