ibu : “Jovita, ibu mau arisan di antar sama adik, kamu jaga rumah ya”
aku : “ia ibu ku sayang, Jovita dirumah aj koq”
ibu : “ooo ya sudah, jangan lupa ayah buatkan kopi ya Jovita”
aku : okeh, bu!!!, jawab ku kepada ibu tak lama, ibu sudah
meninggalkan kami berdua, dirumah hanya ada ayah, dan aku,, ku buat kan secangkir kopi hangat di dapur untuk ayah sesuai arahan ibuku tercinta
aku: “yah ini kopi nya”, ujar ku sambil mengaduk-aduk kopinya.
ayah : “terimakasih anakku sayang,” jawab ayah dengan sedikit melihat kearah payudara aku. aku kaget sekali, ketika ayah menengok ke arah payudaraku, saat itu pakaian ku hanya menggunakaan baju tengtop dan celana pendek pantai, tak ku hiraukan lagi kejadian itu, lalu aku masuk ke kamar. Di kamar, aku berniat ingin menghubungi pacar aku.
aku: hallo sayang, kamu dimna ni
pacar: dirumah, lagi bangun tidur, yank aku mimpiin kamu loh,
aku: akh, masa sih sayang
pacar: ia yg, kamu terlihat sexy di dalam mimpi ku, yang ayo kita “main”
aku : ayo sayang, mumpung dirumah gda siapa2, si ayah mau ke kebon kaya nya.
pacar: wah, kesempatan sayang, disini juga kosong. tak lama, kami seperti biasa ingin menyalurkan hasrat kami dengan melakukan hubungan sex jarak jauh via telepon, ini agar mengobati kangen kami,
aku: yank, aku lagi puter2, enak bgt yg cepet pulang donk, biar kita maen suntik2an lagi
pacar: ia syg, aku juga pengen bgt pulang, tapi gmna jadual blm pas ni sambil teleponan.
Aku meraba klitorisku sedikit demi sedikit aku putar dengan gerakan yang lembut dan khas sambil membayangkan bahwa pacar aku yang memutar2kan clitoris aku sedikit demi sedkit pakaian aku di copot dari tubuh aku, agar gerak-gerik aku lebih leluasa dalam memainkan tubuh aku sendiri.
“ehuem”, suara keras terdengar dari luar sana , ternyata itu adalah suara ayah aku o0ooo tidak, aku rupanya lupa menutup pintu kamar, posisi aku saat itu sedang melakukan gaya WOT dengan guling kesayangan yang aku salalu diperkosa setiap malam tiba.
ayah: hayooooo… lagi ngapain
aku : gak yah, lagi iseng aj
ayah : o0ooooo, lagi iseng ya,, ayah nguping kamu loh, saat kamu teleponan tadi, o0ooo… tidak, muka aku saat itu menjadi merah, jantung aku berdegup sangat cepat, dalam hati berbicara “aduh mampus gue”.
ayah : gak apa koq syg, ayah juga ngerti ya gmna lagi, kamu kan pcaran jarak jauh, ya sewajarnya kaya gtu.
aku : oooo, kira ayah marah saaat itu juga wajah aku awalnya merah, sekarang menjadi putih normal kembali, dan expresi wajah aku sudah cerah ,lega mendengar bahwa ayah tidak marah. ayah yang dari luar kamar, segera menghampiri aku yang berada di tempat tidurku
ayah : yuk sebentar temani ayah
aku: kemana yah? dengan paksa ayah menarik aku ke kemar yang sering dipakai untuk tidur antara ayah dan ibu., tubuhku masih dalam keadaan telanjang sambil memegang HP.
ayah: ini syg, akhir2 ini kamu cantik bgt, ayah melihat seperti ibu mu masih muda,
aku: aduh ayah, udah akh!,, dingin ni
ayah: kalo dingin ntar ayah hangatkan ya??
aku: jangan macam2 ayah ni, bilangin ibu ntr???!!!
ayah : “ayah juga bakal bilang ama ibu, Jovita suka maen guling,hehe”, jawab ayah nakal. ketika ayah mengucapkan “kalo dingin ntr ayah angetin ya”, aku sangat syok sekali, baru kali ini ayahku berbicara ngawur kepada ku. aku sangat salah tingkah, bagaimana ini dilema sebagai anak.
ayah: ayo deb ayah gak bilang siapa2 koq, mumpung rumah lagi sepi aku pun berpikir sejenak dengan rasa takut dan pasra, maafkan ayah…
Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang….!!” Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu karena perlakuannya.
“Ayah nggak boleh begitu, deb mohon kpd ayah….!!”, pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata ayahku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku yang hanya di balut selimut dari kamar ibuku.
Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menjauhi ayah dan untuk menutupi tubuhku mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi ayahku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku.
Tubuhnya mendekap kepadaku. Aku semakin ketakutan. “… Kamu nggak kasihan melihat ayah seperti ini? Ayolah, ayah kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Jovita yang langsing padat ini….!!!!”, desaknya.
“Jangan berbicara begitu. Ingat Yah… kasian ama ibu ?”, jawabku mencoba menyadarinya. Jangan menyebut-nyebut ibu saat ini, ayah sangat cinta kepada Jovita, mengingatkan ayah pada saat ibu mu masih muda tak lama, ayah tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi.
Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara yang mudah diremas, karena aku tidak mengunakan pakaian sehelaipun. Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. mengingatkan ku juga ketika bercumbu dengan kekasihku dulu.
Akhirnya aku pun, membiarkan dan pasrah dengan remasan ayah di dadaku. aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. dengan lihainya dan tanpa kusadari ayah sudah membuka pakaiannya dan sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya.
Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku.
Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan ayahku di leher belakangku. Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku.
Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah ayahku. Kedua pahaku mengempit muka ayah seolah ingin menutupi ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak mengalahkan kehebatan pacarku.
Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. tanganku menggenggam batang ayah dengan erat walau dengan rasa malu-malu. Ku arahkan batang kemaluan ayahku kearah wajahku, kemudian kumasukan kedalam mulutku, Mulutku bermain dengan lincah.
Yang ahirnya Batangnya ia kempit dengan buah dadaku yang di idola-idolakan pacarku itu. Sementara batang itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit.
Aku semakin yakin kalau ayahku memakai obat kuat yang dimasukan kedalam kopinya. karna Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, Seketika, ku arahkan batang ayahku kedalam iyem yang sangat menderita karena sudah 6 bulan tidak merasakan batang ukuran yang lebih besar dari pacarku.
Diriku tidak terknedali lagi, karena nikmat yang membuat kmaluan ku bergetar –getar. “aYah?” panggilku menggoda.
“Apa sayang…”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa dengan nafsuku.
“Cepetanyaaahhhhh…….!!!” “Sabar sayang. Kamu ingin ayah berbuat apa…….?”
“iiiingiiinnnn aaa…aaayahhhh….se….se seeegeeeraaaa ma… masukin!!!”, kataku terbata-bata dengan terpaksa
Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta.
“Apanya yang dimasukin…….!!”, tanyanya lagi seperti mengejek.
“Aaaaaaggggkkkkkhhhhh…ya…yaaaahhhh. Ja…ja….Jaaangan siksa anakmu ni!!!” “ayah tidak bermaksud menyiksa kamu sayang……!!”
“Oooooohhhhhh, Yaaaahhhh… debo ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Jovita…… uugghhhh!!!” Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu.
Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Akhirnya batang ayah sedikit demi sedikit tertancap di dalam ms.v ku yang masih rapat.
“Ooohh… oohhhh… oooouugghh Jovita, luar biasa…!!!” jerit ayahku merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan ayahku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan puter-puter.
Aku mengambil sesuatu di dalam laci yaitu colkat, kemudian ku olesi di kedua payudaraku. Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang aku taburi coklat coki-coki tersebut. ayah Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot coklat yang masih mengotori tubuhku. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Aku tidak lagi merasakan dinginnya udara meski awalnya aku kedinginan. Tubuh kami mulai berkeringat, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain.
Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. ayahku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat.
Sprei ranjang ibu sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan ayah mulai memperlihatkan tanda-tanda.
Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri pacarku disana. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Kuingin ia pun merasakannya. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar keluar sana. ayahku mulai mengejang-ngejang.
“Eerrgghh ooooo….ooooooo…oooooouugghhhhhh!!!!” ayahku berteriak panjang. Lalu dia keluarkan batangnya di arahkan dekat payudarahku seketika keluar lah cairan putih memuncrat di kedua payudaraku.
Aku pun berpikir sejenak “ ini adalah cairan yang membuat aku ada disini bersama kdua saudaraku juga. Akhirnya permianan kami telah selesai. Aku memakaikan baju ayah.
“pokoknya pas kau kerja ayah bakal berikan kamu hadiah mobil, agar kamu senang”, ujar ayah saat itu juga “Masih saying… ups, ayahku sayang, pokoknya ntr kalo ada mobil janji gak akan bilang kejadian ini ke siapapun” jawabku kepada ayah
“Hahhaha bias aja ni kamu,” jawab ayah sambil tersenyum
“Ayah, pinjem mobil item ya?” Tanya ku kepada ayah “pake deh sana, main sana biar gak ada yang curiga” ayah pun menjawab sambil memberikan kunci mobilnya “
Makasih ya yah”,, ujarku sambil mencium pipi ayah Aku pun berpakaian rapih, dan mulai menuju rumah temanku yang kira2 berjarak kurang lebih 3Km Setiba disana,