Kurasakan tanganku gemetar saat turun dibimbing tangan Mas Pur. Dan ketika akhirnya aku menyentuhnya, yang kurasakan awalnya adalah daging liat yang hangat dan berdenyut-denyut. Aku merabai dan tak ayal menggenggamnya. Ampunn.. Kurasakan seperti menjamah jagung manis di counter sayur Carrefour. Panjang dan.. duuhh.. gedenya begitu terasa dalam genggaman.. Tersentuh pula bulu-bulunya yang terasa lebih kasar dan kaku dari milik Mas Pardi.
Aku bergidik akan besar dan kenyalnya. Nafsu syahwatku menggelegak. Tak bisa kubayangkan nikmat yang bakal melandaku saat batang ini nanti menembusi memekku. Tanganku mencoba mengelus dan mengurutinya. Aku meremas-remas dengan penuh gemas.
Dengan sedikit beringsut hingga posisi Mas Pur mendekap aku dari arah belakang dengan tangan kekarnya Mas Pur merabai pahaku untuk kemudian meraih dan mengangkatnya tinggi-tinggi hingga hampir menyentuh dadaku. Bersamaan dengan bibirnya yang melepaskan jilatan dan pagutan pada leher dan bahuku pinggulnya bergerak menggoyang maju mundur menggesek-gesekkan kemaluannya hingga menyentuhi gerbang kemaluanku. Hebat. Dari arah belakangpun ternyata aku merasakan kenikmatan yang sungguh sensasional.
"Adduuhh.. dduuhh.. aamppuunn.. Mmaass Ppuurr..."
Kemaluannya terasa mendesaki bibir vaginaku. Dan rasa gatal birahi langsung menyergapku. Aku tahu kemaluanku saat ini telah sangat membasah. Alunan rayu, gesek, sentuh, lata dan kecup dengan disertai geram, perih, rintih dan kecupan telah demikan merangsang hasrat syahwatku. Akibatnya cairan birahiku tak mampu kubendung, Itulah yang kini menerima gesekkan dari kemaluan Mas Pur. Dan aku pasrah.
Kini pahaku yang telah terangkat untuk membuka gerbang kemaluanku. Akankah Mas Pur akan memasukkan kontolnya ke kemaluanku dengan tetap dalam posisi berdiri dan bersender pada daun pintu ini? Namun pertanyaan itu tak pernah terjawab. Gelitik nafsu birahi dan rangsangan syahwat yang dahsyat telah membuat segalanya jadi mungkin. Aku merasakan ujung kontol Mas Pur telah menggelitik dan mendesaki bibir vaginaku. Aku pikir ini luar biasa. Sungguh sangat merangsang keingintahuan birahiku. Dengan mendatangi dari arah belakang, kemaluan Mas Pur bisa menembusi lubang vaginaku. Artinya betapa panjang kemaluan itu.
Dan dengan beberapa kali mendesak dan menghentak, menggerakan maju mundur pantatnya untuk mendorong kemaluannya mendesaki kemaluanku, akhirnya bibir vaginaku merekah menerima kehadiran kontol ini.
"Add.. Aduuhh.. Amm.. Ppuunn.. Zzhh.. Maazz Phhurr.. Eenhaakk bhaangeett.. Teeruzz.."
Aku langsung melayang dalam mabok nikmat syahwatku. Secara refelks pantatku bergerak menggoyang menjemputi rasa gatal yang tak terkatakan. Dinding-dinding vaginaku rasanya menuntut garukan-garukan. Dan berharap batang kontol Mas Pur yang terasa mulai melesak ini menggaruki kegatalan syahwatku. Aku berteriak dan mendesis, sementara Mas Pur langsung memberikan serangan nikmat susulan. Bibirnya memagut leherku dan melumatinya. Aku hanya mendesis menahan nikmat sambil menggeliat ke arah belakang. Aku berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang.
Yang kemudian terjadi adalah ayunan pompaan yang mendera kemaluanku. Kontol Mas Pur terasa merambah semua sudut-sudut vaginaku dan merangsang saraf-saraf pekaku. Aku histeris. Dengan segala upaya dan cara menggenjot balik pompaan kontol Mas Pur. Rasanya seluruh lubang vaginaku telah mencengkeram ketat dan legit kontol gede ini. Daann..
"Amppunn.. Aku tak sanguupp Maazz.."
Dengan cengkeraman pada rambutnya yang langsung membuat bibirnya menerkam dan menyedoti bahu, lengan kemudian lembah ketiakku mendorong aku dengan kilat meroket menuju puncak syahwatku. Dengan kelojotan pinggulku aku kembali menjambaki sambil merasakan bagaimana tegang dan peka urat-urat saraf vaginaku dirambati datangnya orgasme. Yaacchh.. Aku mendapatkan orgasme yang sangat nikmat dari Mas Pur. Orgasme yang jarang kudapatkan saat aku berhubungan dengan Mas Pardi.
Aku tak mampu lagi berdiri. Kami berdua rubuh ke karpet kamar mewah Grand Hayyat ini. Ini adalah pengalaman orgasme terpanjang yang belum pernah aku alami. Rasanya seluruh sendi-sendi dan saraf-sarafku dilolosi dari akarnya. Aku terjatuh lunglai.
Namun ternyata Mas Pur masih penasaran dan terus memacu. Dia semakin ganas. Tanpa memperhatikan kelelahanku dalam posisi rubuh, cepat diraihnya tubuhku sehingga aku seperti bayi yang sedang merangkak. Dengan bertumpu pada kedua sikutku aku nungging menanti apa yang Mas Pur perbuat. Rambutku telah balau. Keringat tubuhku membuat mukaku setengah telungkup tertutup oleh rambutku yang terurai.
Aku merintih pelan saat kurasakan kembali kontol Mas Pur menggelitik dan mendesaki kemaluanku yang semakin becek. Kembali dari arah belakang macam anjing kawin, Mas Pur memasukkan kemaluannya dan menusukki vaginaku kembali. Kali ini tingkah Mas Pur liar dan buas banget. Dia raih rambutku dan dijadikannya tali kekang sambil memompakan kemaluan besar dan panjangnya.
"Ayyoo.. Jeng Tatii.. Puaskan akuu.. Ayoo.. Enak khan..? Kontolku gedee.. Yaa.. Enak khan kontolkuu..? Pasti lebih enak dari pada milik suamimu khaann..?? Ayyoo.. Jengg Tattii..." Mas Pur terus meracau saat menapaki puncak syahwatnya.
Aku tahu dia sedang keadaan trance penuh nikmat birahi. Pasti rasanya seperti melayang-layang tanpa batas. Aku harus membantu agar dia benar-benar tuntas mengalami ejakulasi. Aku harus membantunya agar sperma bisa sebanyak mungkin terkuras habis. Aku tahu bagaimana cara itu,
"Oocchh Maass Puurr.. Enaakk bangett.. Enak banget kontol Mas Purr.. Aku nggak tahan Maass.. Tatii mau kontol Mas Pur selamamnya.. Oocchh..".
Dan ternyata desah dan rintihku benar-benar telah mendongkrak puncak birahinya. Mas Pur mempercepat genjotannya. Aku mulai merasakan pedih perih.. Rasanya bisa jebol memekku ini.
Tusukkan-tusukkannya itu menyentuh dinding rahimku. Dan hal itu justru membangkitkan kembali gairah syahwatku. Aku dilanda kenikmatan nafsu birahi yang hebat kembali. Bahkan aku juga kembali ikut menjemputi kontol gede itu dengan segala nikmat syahwatku. Ruang vaginaku mencengkeram ketat legitnya batang kemaluan Mas Pur membuat aku lupa segalanya. Ketika pompaan semakin cepat yang menandai Mas Pur mendekati puncak syahwatnya aku merintih dalam nikmat tinggi.
"Mas Puurr.. Enhakk bangett.. Mas Purr.. Enhaakk bangett.. Mas Puurr..." sambil aku terus menggoyang pinggulku menjemputi pompaan kemaluannya yang semakin legit ini.
"Enak mannaa sama kontol suamimu.. Hheecchh?? Enak maannaa sama kontol suamimu heecchh?? Enaakk maannaa..??" merintih dan mendesah bersamaan terlontar dari bibirku.
"Enhhaak Mas Pur punyaa.. Enhhaak punyaa Mas Puurr..." kata-kata itu membuat Mas Pur langsung rebah mendekap tubuhku.
Kedua tangannya meremasi payudaraku sambil bibirnya menyedot keras punggungku. Dan kontolnya yang demikian keras berpacu dalam vaginaku kurasakan menembakkan cairan yang sangat panas. Dan akhirnya datang juga. Mas Pur menjambak keras rambutku dan menariknya seperti menghela kuda tunggangnya. Dengan teriakkan histerisnya kurasakan kedutan besar mengisi rongga memekku. Kedutan itu memancarkan cairan panas. Kemudian disusul kedutan-kedutan berikutnya. Berliter-liter air mani Mas Pur langsung memenuhi vaginaku. Mas Pur masih terus memacunya hingga keringatnya luluh membasahi tubuh-tubuh kami sebelumnya akhirnya rebah telentang ke lantai.
Beberapa saat sunyi. Yang terdengar adalah nafas-nafas panjang Mas Pur dan nafasku sendiri. Kini kusaksikan kemaluan Mas Pur. Sungguh luar biasa. Kemaluan itu kini lunglai jatuh ke perutnya. Namun lihat. Dalam keadaan lunglai panjangnya masih hampir menyentuh pusernya. Kulihat batangnya belepotan dengan cairan kental. Sperma Mas Pur masih menyelimuti kontol yang telah memberiku kenikmatan yang tak terhingga tadi.
Entah dorongan dari mana, mungkin karena terobsesi dari video porno, tanpa sadar tanganku bergerak meraihnya. Kuelusi kontol lunglai ini. Jari-jariku menyentuh lengket spermanya. Aku jadi merangkak bangun untuk mengamati lebih dekat.
Aroma kemaluan dan sperma Mas Pur menyerbak hidungku. Aku tergoda untuk mencicipinya. Kembali aku mengalami sensasi seksual yang luar biasa. Aku menjulurkan lidahku dan menjilat batang kemaluan itu. Terus menjilat-jilat dan kemudian mulai mengulumnya. Aku membersihkan lengket sperma Mas Pur di batang kontolnya. Mas Pur menggeliat meraih rambutku.
"Jeng.. Bangun dulu yaa.. Sebentar lagi teman-temanku datang. Kita mandi dulu yyook..."
Nampaknya dia lebih senang menunda kenikmatan jilatanku. Dia bangun dan bergerak mengambil sebuah bungkusan besar. Ternyata untuk aku telah tersedia seperangkat pakaian ganti yang cukup sesuai untukku.
Sesudah mandi kami ke ruang sebelah. Di tempat itu kulihat makanan yang sangat lengkap telah tertata rapi. Rupanya selama kami mandi petugas restoran room service telah menata ruang itu dan siap untuk acara makan bersama.
Bersambung ke bagian 5